Etika Kerja dalam Islam
Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang
melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti).”
(HR. al-Baihaki)
Dalam memilih
seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan
selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan
kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam
bekerja. Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur’an
menyatakan kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja
dengan muatan ketaqwaan. Penggunaan istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk
mengungkapkan secara ukhrawi menunjukkan bagaimana kerja sebagai amal saleh
diangkatkan oleh Islam pada kedudukan terhormat.
Pandangan Islam
tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-dalamnya. Sabda
Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung
pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,
Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada
apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tinggi rendahnya
nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat. Niat
juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak
mengerjakan sesuatu. Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar
pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan
menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.
Taqwa merupakan dasar utama kerja,
apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti
mengucilkan Islam dan aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada
wilayah kemashlahatannya sendiri. Bukan kaitannya dalam pembangunan individu,
kepatuhan kepada Allah SWT serta pengembangan umat manusia.
Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa
kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut sertakan didalamnya, oleh
karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan barometer bagi pahala dan
siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disampung mempunyai tujuan akhir berupa upah
atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh keridhaan
Allah SWT. Prinsip inilah yang harus
dipegang teguh oleh umat Islam sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan
monumental sepanjang zaman.
Jika bekerja menuntut adanya sikap baik
budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah serta tidak diperbolehkan menipu,
merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena, pekerjaan harus mempunyai
komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan seperti
bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya. Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang
berhubungan dengan masalah kerja menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada
prinsip-prinsip Islam.
Adapun hal-hal
yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut
:
1.
Adanya
keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol
dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil
kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat
dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah
dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah
bersabda, “sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang
dilakukannya secara tulus.” (HR Hambali)
2.
Berusaha dengan
cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.
Dilarang
memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua
harus dipekerjakan secara professional dan wajar.
1.
Islam tidak
membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman
keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
2.
Professionalisme
yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan
prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat
amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan
benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan
mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas
bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alat-alat produksi
0 komentar:
Posting Komentar